Kita hanya seorang hamba yang seringnya melakukan khilaf. Sebentar melakukan kebaikan, kemudian di lain waktu kita kembali khilaf. Entah khilaf itu kecil atau besar, tapi jika di biarkan terus menerus akan menjadi besar. Karena tak ada dosa kecil jika di biarkan terus menerus dan tak ada dosa besar jika di sertai dengan istighfar. Tapi baiknya jika tersadar sedang melakukan khilaf, cepatlah beristighfar agar dosa tak semakin menumpuk. Jangan takut Allah tak akan mengampuni, karena Allah adalah Sang Maha Pengampun. Asalkan kita datang kepadaNya dengan segala kerendahan sebagai hamba bukan membawa selaksa keangkuhan.
“Sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka
zhalim…” (QS. Ar Ra’d: 6)
“Sesungguhnya Allah taala
membentangkan tanganNya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang
berdosa pada waktu siang, dan Ia membentangkan tanganNya pada waktu siang untuk
menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam, sehingga matahari terbit
dari arah barat ( sampai kiamat ).” (HR.
Muslim)
Kita, khususnya saya seringkali khilaf. Dan fitrahnya manusia adalah
melakukan kekhilafan dan kelalaian. Tapi bukan berarti hal tersebut dapat
melegalkan seorang hamba untuk terus mengulangi kesalahan yang salam.
Meskipun hanya terbersit di dalam
hati, menganggap diri paling benar hanya karena mengetahui sekelumit ilmu.
Padahal sungguh, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Hanya Allah penggenggam
perbendaharaan langit dan bumi. Rabbighfirlii…Bukan masanya lagi untuk kita
menilai apa yang terlihat.
Semua ini kembali pada niat. Niat yang
membuat seseorang menjadi berharga atau biasa saja di mata Allah. Niat yang
menjadi hubungan pribadi antara sang hamba dengan Sang Khaliq. Niat yang hanya
Allah dan hamba saja yang mengetahui. Niat yang tersembunyi jauh di dalam lubuk
hati. Karena Allah yang Maha Mengetahui apa-apa yang tersirat di dalam hati
hambaNya.
“Sesunggguhnya amal perbuatan itu
disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa
yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah
dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena
wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.” (Diriwayatkan
oleh dua orang ahli hadits: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin
Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abdul Husain Muslim bin Al-Hajjaj
bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisaburi, di dalam kedua kitab tershahih di antara
semua kitab hadits).
Dan niatlah yang menjadi ukuran
seorang hamba khilaf atau tidak. Mungkin secara fisik kita melihat seseorang
sedang melakukan kesalahan tapi semua itu belum tentu sesuai dengan prasangka.
Apa yang terlihat belum tentu tepat. Apa yang terdengar belum tentu benar. Kita
bisa mengklarifikasi dengan orang tersebut secara langsung atau jika kita belum
mampu berbicara yang baik dan benar, baiknya kita diam saja.
“Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah memperbanyak prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa.” (QS.
AL Hujuraat: 12)
Allah yang patut memberikan
justifikasi kepada hambaNya. Bagaimanapun keadaan hambaNya. Kita hanya bisa
berintrospeksi, melakukan yang terbaik sesuai dengan kehendak Allah bukan
kehendak manusia. Dan tak lupa kita serahkan raga dan hati kita hanya kepada
Allah. Supaya semua yang kita lakukan selalu dalam petunjukNya, selalu dalam
ridhoNya dan selalu dalam naunganNya.
Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. (QS.
Ali Imran: 135)
Karena sifat hati silih berganti,
kadang baik kadang khilaf. Manusia tak kuasa mengaturnya, hanya sanggup
berserah diri. Semoga ketika hati ini sedang baik, Allah selalu ada di hati,
detak nafas dan tiap perbuatan dan di saat khilaf segera di ingatkan Allah
untuk secepatnya menyadari kesalahan. Semoga kita terlindung dari segala macam
prasangka.
Allahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar